Sejumlah Pedagang Pasar Sidomulyo Tolak Kenaikan Iuran Keamanan
LAMPUNG SELATAN — Sejumlah pedagang pasar Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan mengeluhkan iuran keamanan tetap naik, ditarik Rp2ribu. Padahal, sejumlah protes dan penolakan sudah dilakukan oleh sejumlah pedagang, mengingat momen kenaikan iuran dilakukan sepihak tanpa musyawarah dan dalam kondisi pandemi Covid-19.
Ketua Keluarga Besar Sumatera Barat (KBSB) setempat, Afdhal mengungkapkan mayoritas
anggotanya yang merupakan pedagang tidak terlalu keberatan atas kenaikan iuran, asalkan diwaktu normal dan melalui mekanisme musyawarah-mufakat.
“Kalau sekarang ini susah, kadang kami (Pedagang) sampai pernah tidak pelaris atau dagangan tidak laku sama sekali,” ungkap Afdhal seraya meminta kenaikan ditinjau ulang, Senin 4 Mei 2020.
Sejumlah pedagang lain saat ditemui memilih bungkam. Mereka mengaku takut untuk mengeluarkan pendapat karena mendapat intimidasi oleh sejumlah pihak.
“Gak ah Bang, kami lebih baik ngalah aja. Kemarin ada yang komentar di koran malah diancam, diajakin berantem. Kalau mau jujur, ini kan kebalik, karena dimana-mana pemerintah kasih subsidi. Warga terdampak mau dikasih BLT, listrik digratiskan, cicilan Bank atau leasing ditunda. Lah kok ini dinaikkan, sudah itu dilakukan sepihak. Dimata perasaan mereka. Kami (Pedagang) bukan sapi perah, tapi mau dilawan juga kami takut,” tukas pedagang hamparan ini.
Sementara, menurut sumber di pasar paling sedikit pedagang yang ditarik iuran keamanan di Pasar Sidomulyo mencapai 1000 titik atau 1000 pedagang.
“Kalau iuran Rp2ribu dikali 1000 maka setiap harinya bisa dapat Rp2juta. Dikali 30 hari, maka akan terkumpul dana Rp60juta setiap bulannya. Harusnya, pihak keamanan bisa menjelaskan alur penggunaan dana agar dapat mendapat kepercayaan dari para pedagang yang sebenarnya yang telah menggaji mereka,” beber pengurus salah satu organisasi paguyuban ini.
(*)